Back

Cara Menentukan Harga Proyek Freelance

May 12, 2024

Sebagai orang yang baru terjun di dunia freelance, pasti suka bingung cara nentuin harga dari proyek yang kita terima dari klien. Saya sendiri pun juga sering mendapatkan pertanyaan serupa

"Cara nentuin harga proyeknya ke klien, gimana sih Ric?"

Berikut ini saya kasih tau cara-cara yang saya pakai biasanya, selamat membaca!


3 Jenis Pricing

Sejauh saya mendalami dunia pekerjaan freelance, ada 3 jenis pricing yang saya terapkan

Yaitu ada:

  • Hourly Rate
  • Fixed Price
  • Value Based

Kita akan bahas satu per satu strategi pricing ini!

Jenis Pricing

Hourly Rate

Kita bahas dari yang paling mudah terlebih dahulu yaitu hourly rate, atau artinya tarif per jam. Perhitungan ini cukup mudah, setelah mendapat brief proyek apa yang akan dikerjakan, kalian bisa mengestimasi timeline dari proyek tersebut. Istilahnya, proyek ini tuh bakalan selesai dalam waktu berapa lama?

Mari kita buat hitung-hitungan sederhana. Lek misale kamu dengan skillset di bidang frontend disuruh merevamp sebuah website company profile perusahaan. Setelah membaca briefnya, ada 5 halaman yang harus dibuat.

Setelah mengestimasi, ternyata kamu butuh waktu 100 jam untuk menyelesaikan proyek tersebut hingga selesai.

Dengan asumsi kamu bisa bekerja 5 hari dalam seminggu, dan setiap harinya kamu bisa spare waktu 4 jam, maka pekerjaan tersebut akan selesai dalam 5 minggu (1 minggu setara 20 jam kerja).

Berarti kamu hanya tinggal mengalikan saja per jam tersebut kamu ingin dibayar berapa, kemudian dikali jumlah waktu untuk menyelesaikan proyek tersebut (100 jam).

Misalnya kamu menentukan tarif per jam nya 50rb rupiah, maka 100 jam dikali 50rb rupiah, hasilnya kamu mendapatkan 5jt rupiah.

Tapi, bagaimana jika ternyata waktu yang dibutuhkan lebih dari 100 jam? Tidak masalah, karena kamu sudah menentukan tarif per jam untuk pekerjaan tersebut, maka kamu tinggal menambahkan jumlah waktu yang dibutuhkan ke perkalian sebelumnya. Misalnya total jadi butuh 120 jam untuk finishing dan revisi, maka tinggal dikali lagi dengan tarif awal.

Pastikan juga kamu memberi tahu kepada klienmu jika target waktu ini adalah estimasi. Jika lebih dari waktu estimasi awal pengerjaan, maka tarifnya masih sama. Klien sepertinya akan setuju-setuju saja jika memang dia cocok dengan harganya, tapi kalau dia minta waktu yang berlebihan ini tarifnya lebih kecil dari harga awal, kamu tinggal menyesuaikan saja.

Hourly Rate

Fixed Price

Kemudian yang kedua ini ada Fixed Price. Akan ada momentnya kamu mengerjakan sesuatu yang berulang-ulang, suatu proyek freelance yang sama seperti proyek-proyek sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, kamu jadi makin menguasai tentang hal tersebut, sehingga tidak perlu waktu banyak untuk beradaptasi mengerjakan proyek yang diberikan oleh klien. Bahkan mungkin saja kamu sudah menyediakan template untuk proyek tesebut, kamu benar-benar effortless dalam mengerjakannya.

Di momen ini, pekerjaan bisa jadi selesai dengan cepat. Namun jika menggunakan metode perhitungan harga Hourly Rate tadi, maka jumlah biaya jasa yang kamu terima akan menjadi sedikit. Inilah waktunya dunia membayar jasa oleh karena pengalaman kamu.

Di momen ini juga, kamu sudah bisa tahu tingkat kesulitan dan waktu pengerjaan yang dibutuhkan untuk proyek freelance tertentu dan yakin bahwa pekerjaan ini bisa selesai dalam waktu yang singkat. Disinilah kamu bisa menerapkan strategi penentuan harga menggunakan Fixed Price.

Dengan menggunakan metode Fixed Price ini, kamu bisa langsung menembak harga untuk pekerjaan yang diberikan oleh klien. Bisa juga kamu bagi per pekerjaan atau fitur yang sudah dibreak-down menjadi lebih kecil.

Misalnya ada proyek baru lagi yang membutuhkan skillset full stack web development, dimana akan ada 10 halaman dengan konten yang dinamis dan harus dibuatkan juga admin panelnya. Dengan perhitungan yang matang dan teliti, kamu memberikan harga 15jt rupiah kepada klien, dengan sepik-sepik gimmick bahwa proyek ini akan selesai maksimal 2 bulan, hosting dan domain akan ditanggung, dan biaya maintenance-nya cukup murah.

Intinya semakin banyak fiturnya, jelas harganya juga naik.

Fixed Price

Value Based

Kemudian yang terakhir ini ada value based pricing, ini yang paling susah. Saya sendiri baru mencapai tahapan ini beberapa minggu lalu, sebelum tulisan ini dibuat, makanya tulisan ini baru ada sekarang😅

Di tahap ini, semua perhitungan adalah asumsi *yaelah semua yang tadi kek bukan asumsi aje. Intinya di metode pricing ini, kamu akan dibayar sesuai dengan value yang kamu bawa kepada klien kamu.

Di tahap ini kamu harus rajin riset, dan kemungkinan kemampuan bisnismu sudah mulai terasah, terutama bagian negosiasi. Kamu sudah tahu dampak pekerjaan kamu ini akan membawakan klien kamu revenue berlipat-lipat ganda, sehingga sudah saatnya kamu dibayar sesuai dengan value yang kamu berikan.

Contoh kamu dengan skillset digital marketing, mendapatkan klien yang membutuhkan bantuan untuk mengoptimasi marketplace yang mereka punya dari sisi judul dan deskripsi produk, serta membantu mereka menjalankan iklan di marketplace tersebut.

Kamu yang posisinya sudah berpengalaman menghandle beberapa marketplace sekaligus mengambil pekerjaan freelance tersebut, dengan bayaran 17jt per bulan.

Usut punya usut, menjelang akhir periode kontrak freelance, ternyata penghasilan klien kamu dari marketplace tersebut mencapai 300jt per bulan oleh karena bantuan kamu mengoptimasi judul dan deskripsi produk serta membantu menjalankan iklan di marketplace tersebut.

Klien kamu ingin bekerja sama lagi dengan kamu di bulan-bulan selanjutnya, karena hasil pekerjaan kamu sangat memuaskan.

Di titik ini, kamu bisa segera menerapkan strategi value based pricing, dimana di invoice bulan selanjutnya, harga jasa yang ditawarkan naik dari yang awalnya 17jt menjadi 30jt.

Klien mungkin akan kaget, dan bertanya:

"Kok harganya naik yaa dari yang kemarin? Perasaan ga segini deh."

Di saat itulah kamu bisa menjawab bahwa dengan pengalaman serta skillset yang kamu miliki, menurut kamu wajar untuk kamu dibayar segitu. Karena dengan menggunakan jasa kamu, si klien terbantu dalam mengembangkan bisnisnya. Si klien hanya perlu berinvestasi 30jt di outsource digital marketing untuk mendatangkan 300jt di pendapatan usahanya, yang artinya 10x lipat.

Ini adalah contoh penerapan value based pricing yang nyata! Kamu dibayar berdasarkan value yang kamu bawa kepada si klien. Betapa menyenangkannya, bukan?

Namun, jujur saja strategi ini akan jarang sekali terjadi. Karena dari 300jt tersebut akan ada yang namanya fixed cost dan juga variable cost. Berdoa dan berikanlah yang terbaik supaya si klien kamu ini mendapatkan profit margin yang banyak sehingga ia tetap bisa membayar kamu atas jasa yang telah diberikan.

Fixed Price

Tips and Trick

Ada beberapa tips dan trick yang mungkin akan berguna untuk kamu terkait dealing, pricing, dan negotiation:

  • Jangan memberikan angka genap dalam penawaran harga, selalu gunakan angka ganjil (13jt, 25jt, 37jt, 47.335.000, dst).
  • Jika lawan transaksi kamu adalah seseorang yang mengerti dan taat pajak, naikkan harganya lebih mahal dari harga awal namun sudah include pajak PPh dan PPn.
  • Terapkan Pshychological Pricing atau harga psikologis.
  • Untuk pembayaran, gunakan sistem DP, atau dipecah ke beberapa termin pembayaran. Lebih bagus lagi kalau full payment di awal.

Baik, sekarang kita sudah di penghujung tulisan ini. Mungkin segitu dulu saja yang bisa saya bagikan tentang bagaimana sih caranya menentukan harga proyek freelance. Jika ada saran atau pertanyaan, silahkan DM ke twitter saya yaa. Terima kasih sudah membaca!

Eric Julianto

Research Analyst at Braincore

“He, who has a why to live for, can bear with almost any how.”